Pemandangan yang menyejukkan saja jumpai di dalam
kereta cepat yang melaju diatas rel berbaris rapi, di negeri matahari terbit,
Jepang. Seorang wanita paruh baya nampak tenang dan dan khusyuk menunduk tiada
angkat kepala dalam jangka waktu yang lama. Ia asyik membaca sebuah buku,
dibaliknya dari satu halaman ke halaman lain, dan sesekali merapikan beberapa
kuntum bunga yang dipangku manis dalam dekapan tangannya.
Sejak awal melihatny saya cukup penasaran buku apa
yang sedang ibu tersebut baca, nampaknya serius sekali. Sangat berbeda dengan
penumpang lainnya yang kerap sibuk dengan layar telepon pintarnya
masing-masing, wanita yang mengenakan kimono, kaos kaki putih bersih, dan
sandal jepit kayu khas negeri sakura ini benar-benar memiliki dunianya sendiri.
Sebelumnya di kereta ini saya berdiri dan persis di
hadapan beliau, namun di sebuah stasiun saya mendapatkan kesempatan untuk duduk
yang teramat istimewa karena bisa berada di sampingnya. Sebenarnya agak kurang
sopan jika saya yang sudah berada pada posisi amat dekat dengannya ini berani
mengintip dan mencari tahu buku apa yang sebenarnya sedang ia baca. Tapi
dorongan rasa ingin tahu saya lebih besar dari pikiran-pikiran lainnya, maka
tanpa berlama-lama saya beranikan diri sedikit menoleh ke kiri dan melihat
sesuatu apa dalam buku yang begitu
menarik mata indahnya.
Ternyata, buku tersebut berisi banyak gambar dengan
beberapa penjelasan dalam tulisan kanji. Gambar-gambar tersebut seperti gerakan-gerakan
ibadah, karena nampak seseorang sedang membungkukkan badan hampir seperti
sujud, seseorang yang sedang duduk diatas dua kaki yang dilipat, seseorang yang
sedang memegang sebuah tangkai atau kayu kecil panjang, serta gambar
orang-orang yang sedang melakukan gerakan-gerakan lainnya. Saya perkirakan buku
ini adalah buku agama, atau bisa dikatakan sebagai buku panduan beribadah.
Wow, nice! Di tengah lingkungan kereta yang begitu
modern dengan hiruk pikuk layar telepon pintar, ternyata terselip satu wanita
yang mengenakan pakaian tradisional Jepang lengkap dari atas sampai bawah,
pakaiannya bersih, rapi, dan ia duduk dengan tenang sambil membaca buku
agamanya. Saya perhatikan sepanjang perjalanan, tidak sedikit pun ia tergoda
menengok telepon pintarnya atau tergerak untuk mengutak atiknya. Ia konsisten
dengan aktifitas rohaninya.
Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari
pemandangan ini adalah tentang semangat meningkatkan kadar keimanan di mana pun
dan kapan pun. Kadang dalam keadaan yang paling lapang saja kita lupa untuk
mengingat sang pencipta, walau ada yang berpendapat jika dalam keadaan sempit
kita maka manusia akan otomatis mengingatnya. Tapi, Ibu tersebut sepertinya
adalah contoh yang baik, dalam keadaan nyamannya dia duduk di kereta yang
sejuk, ia tidak terlena lalu hanya memikirkan dunia, tapi tetap membawa buku
agama lantas dibacanya.
Kereta hanya sebagai wadah, utamanya adalah keadaan
nyamannya seseorang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
keimanan. Banyak keadaan nyaman yang lebih sering kita gunakan untuk melakukan
hal-hal yang berhubungan dengan dunia, lantas kapan urusan dengan Sang Pencipta
kita tingkatkan? Yuk mulai dari sekarang kita bersama-sama menyempatkan walau
sedikit saja disela-sela padatnya aktifitas untuk tetap berusaha dekat dengan
Allah SWT. Mengaji sesaat di tengah jam istirahat kerja? InsyaAllah bisa. Sholat
tepat waktu walaupun sibuk? Harus bisa!
#DNU